[Quote] Tokyo - Falling

"Mungkin saja itu seperti melawan ketakutan - kita melakukan hal yang kita nggak suka, ternyata membuat kita jatuh cinta, atau bahkan tergila-gila"
- Tora -

Bagaimana bisa dalam situasi sepert ini, sebentuk senyum saja bisa membuatnya merasa lebih baik?
- Tora -




[Ringkasan] Tokyo - Falling

"Apakah kita akan bertemu lagi?" tanya Thalia seperti berbisik.
Suaranya berbaur dengan banyak bunyi. Ada harap yang tersembunyi.

***

Thalia, repoter majalah fashion dikirim ke Jepang untuk sebuah liputan. Sekaligus menjemput kembali masa lalunya yang ternyata kebetulan juga berada di Jepang.
Berhasilkah ia menyatukan yang dulu sempat retak?
Dan sebuah kecelakaan kecil mengubah perjalanan Thalia.

Adalah Tora, reporter majalah travelling yang kebetulan juga ada di Jepang, yang mempunyai andil dalam kecelakaan kecil Thalia.
Kecelakaan yang kemudian terpaksa mengikat mereka, dalam sebuah ikatan yang mereka berdua tak kehendaki, sebenarnya.
Terutama, karena Tora juga datang ke Jepang untuk mencari sebuah jawaban dari tanya yang selama ini menggumpal di hatinya.

Dari lintasan perjalanan singkat mereka, sejumput rasa perlahan tumbuh. Tak semudah yang mereka bayangkan, karena sisa-sisa masa lalu menguntit tepat di belakang mereka. Tak juga mudah, karena bukan hanya tak mampu terangkai oleh kata, tapi mereka pun tak mampu memahami apa yang terasa.

Mampukah dua manusia ini bangkit dari kepingan luka yang tersisa? Mampukah mereka menjawab riuhnya rasa mereka?

***

Rasa itu ada tanpa peringatan apa-apa.
Ia hanya mengetuk pintu, lalu kita bertemu.

Ah, tidak usah terburu-buru.
Kita sedang berusaha. Sebaik-baiknya.
Apakah kita akan bersama pada akhirnya?
Biar Tuhan saja yang menjawabnya.

[Review] Tokyo - Falling

Buku dengan cover yang sederhana dan tidak mencolok, justru memikat hati saya. Buku ini di mata saya terlihat dewasa dan teguh. Ya tentu saja, dengan bertaburannya novel-novel chiklit dengan cover beraneka warna yang tajam dan gambar yang meriah, buku ini justru mencolok karena kesederhanaannya.

Sejujurnya, saya belakangan agak ruwet dalam urusan pemilihan buku. Penulis-penulis baru yang bermunculan, membuat saya lebih berhati-hati dalam memilih sebuah buku. Saya tidak mau terjebak membeli buku yang terlalu ringan (baca : abege). Dan penulis buku ini : Sefryana Khairil, belum termasuk penulis yang saya kenal. Tapi toh tetap saya tergerak untuk mengambil buku ini. Selain karena covernya yang saya ceritakan di atas, juga karena judul bukunya : Tokyo. Alasan yang sangat personal untuk ini. Tapi selain itu, Tokyo ini adalah bagian dari Serial Setiap Tempat Punya Cerita, jadi saya pikir, pasti ada yang istimewa.

Dari sisi alur cerita, cukup sederhana. Tidak berbelit-belit. Jujur dalam menggambarkan setiap tokoh, dan tidak berusaha membuat pembaca menebak-nebak jalan cerita dengan menampilkan karakter misterius. Meski begitu, pembaca tergiur untuk terus membaca tiap halaman, karena detail yang menarik yang ditampilkan. Tak melulu mengenai para tokoh, namun penulis juga memberikan gambaran setting dan informasi mengenai Jepang. Menarik.

Kisah cinta yang digambarkan dalam buku ini juga bukan kisah cinta yang rumit. Kisah sederhana yang bisa terjadi pada kita semua. Kisah yang, jujur saja, kadang membuat saya sedikit terdiam. Tertohok. Potongan-potongan puisi sederhana ikut mempercantik kisah cinta di buku ini. Puisi pendek, yang mampu membuat pembacanya diam-diam berbisik dalam hati : gue bangeeeeettt.

Tak ada karakter dominan dalam buku ini selain 2 orang tokoh utamanya. Bagus. Setidaknya pembaca seperti saya tak diharuskan mengingat banyaknya tokoh dalam buku beserta perannya masing-masing. Karakter utama inipun tak sempurna. Manusia biasa yang tak hanya punya cinta, tapi juga naif dan bodoh dalam urusan cinta. Manusia biasa seperti kita yang bisa salah menterjemahkan perasaan sendiri. Sekali lagi, saya pun diam-diam berbisik : gue bangeeeeettt.

Buku ini memang bukan buku berat, buku ini cocok untuk menemani malam Minggu yang sepi, sambil minum kopi. Ringan untuk dibaca, tapi cukup menusuk di hati.